Sultan Abul Mafakhir lahir di tahun 1596 M dengan gelar Pangeran Ratu Ing Banten1. Ia mulai berkuasa sejak tahun 1624 M hingga tahun 1651 M. Selama menjalankan kekuasaannya di Banten, Sultan Abul Mafakhir mampu menjaga kemerdekaan Banten. Dalam naskah Sajarah Banten (selanjutnya disebut Sajarah Banten), ada banyak peristiwa penting yang berlangsung selama masa kekuasaan Abul Mafakhir. Pertama, peristiwa pailir di tahun 1608 M, ia digambarkan sebagai perang saudara yang terjadi antara para pembesar negeri Banten. Kedua, peristiwa palumaju yang digambarkan sebagai pemberontakan yang digerakkan oleh seorang tokoh bernama ‘Lumaju’ di tahun 1640-an. Ketiga, pengiriman utusan Banten ke Mekkah di tahun 1630-an. Keempat, peristiwa pagerage yang mengisahkan upaya Banten dalam mempertahankan diri atas serbuan pasukan Cirebon di tahun 1650. Dalam naskah yang sama, Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir bahkan dikenal sebagai Sultan Agung atau ‘penguasa besar’.3 Sosoknya sebagai salah satu ‘Sultan Agung’ Kesultanan Banten sering kali luput dari perhatian dan bahkan tertutupi oleh kegemilangan para penerusnya. Dalam berbagai studi mengenai Sejarah Banten, peran Sultan Abul Mafakhir memang seakan tertutupi dengan kegemilangan penerusnya, Sultan Ageng Tirtayasa (ber 1651- 1682 M. Beberapa di antaranya adalah; pembangunan saluran irigasi, kanal serta ladang selama tahun 1659-1677 M.4 Atas jasa besarnya dalam membangun berbagai macam pengairan di Banten, gelar ‘Tirtayasa’ kemudian disematkan pada dirinya. Selain itu, Banten berhasil menjadi Kesultanan Jawa pertama yang mampu membentuk kongsi dagang sendiri dan mengirim kapal-kapal ke Kamboja, Filipina, Vietnam, Siam dan ke kawasan Asia Timur seperti China, Taiwan serta Jepang di 1660’an.5 Namun, kegemilangan Sultan Ageng Tirtayasa bukan muncul dari ruang yang hampa. Ia muncul dari fondasi kuat yang telah diletakkan oleh para pendahulunya Menurut penulis, salah satu penguasa Banten yang berhasil menciptakan fondasi yang kokoh adalah Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (1596-1651 M). Dalam bidang pertanian, Sultan Abul Mafakhir juga banyak membuka ladang baru, membangun lumbung serta memformulasikan gula sebagai komoditas baru di Banten.6 Sedangkan dalam bidang perniagaan, Sultan Abul Mafakhir menggandeng EIC (East Indies Company) untuk mengekspor gula ke Batavia dan beberapa kawasan lain di Nusantara.7 Hasilnya, perekonomian dan perniagaan Banten menjadi lebih stabil dan kuat dibanding dengan periode sebelumnya